Pages

Tuesday, June 24, 2008

Engkong


Engkong, adalah sebutan seorang yang sudah tua atau kakek-kakek di kebudayaan Betawi atau sinonim dari Kakek, Kakek bahasa Indonesia, Engkong bahasa Betawi. Engkong di gambarkan seorang kakek yang sudah berhaji dengan selalu atau sering memakai kopiah haji berwarna putih dan ikat pinggang lebar, biasa nya berwarna hijau. Itu adalah gambaran seorang Engkong pada masa saya masih anak-anak. Masa anak-anak saya lama di habiskan di lingkungan Betawi. Karena Engkong biasanya sudah pernah naik haji, maka sering juga terdengar sebutan Engkong Haji atau di singkat kong Haji. Pada saat saya masih anak-anak, terdapat beberapa Kong Haji, hanya saja yang saya nilai Kong Haji yang dekat dengan saya dengan saya terkesan dengan Keshalihannya ada 2 orang.

Yang pertama adalah Kong Haji Thohir, beliau saat ini sudah wafat, saya lupa tahun wafat nya. Yang saya ingat, saat Ramadhan, suara membaca Al-Qur'an nya terdengar sampai di jalan, membaca Al-Qur'an dari habis Subuh hingga pagi hari (Sekitar pukul 6). Beliau memiliki kebun Anggrek yang cukup luas, kami, saya dan teman-teman saya, sering bermain di kebun Anggrek tsb, menangkap capung, petak Umpet, atau sekedar berjalan-jalan saja. Salah satu anak nya kuliah di IAIN Jakarta, yang sekarang bernama UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dan menjadi guru ngaji saya dari kelas 2 SD hingga 1 SMP. Lewat ajaran beliaulah, saya dapat membaca Al-Qur'an dengan baik, sang Ustadz tsb bernama Ustadz Nur'ali. Pada saat itu belum di kenal istilah TPA, umum nya anak-anak belajar mengaji dari seorang Ustadz, beliau mengajar sendirian atau di bantu oleh orang lain, tetapi Ustadz Nurali ini mengajar kami hanya seorang diri, baru setelah sang Ustadz menikah, istri nya ikut membantu. Kong Haji Thohir adalah seorang Wiraswasta bunga Anggrek, saya sering melihat Beliau saat sedang santai di Bale sambil membaca buku. Beliau juga seorang Imam Masjid, saya ingat, biasa nya salah satu Surah langganan dia pada Sholat Maghrib adalah surah Al-Fiil. Hingga sampai kini, jika saya menjadi Imam di Sholat Maghrib dan saya membaca surah Al-Fiil, saya teringat beliau. Beliau juga punya tanah yang luas di mana-mana, salah satu pohon besar di kebunnya adalah pohon rambutan kuning, buah nya tidak melotok, sering kami jadikan base camp, naik pohon dan ngobrol ngalor ngidul gaya anak-anak di kampung Betawi.

Ada satu pengalaman yang masih terekam di pikiran saya dengan baik. Saat itu ada seorang teman yang kami anggap senior di antara kami, lalu dia mengadu kami untuk berkelahi antar kami, saya dengan seorang cucu Kong Haji Thohir. Cucu Kong Haji Thohir itu saya banting hingga menangis dan ia pulang ke rumah nya, rumah nya berdekatan dengan rumah si Engkong, lalu si Engkong keluar sambil mengejar-ngejar kami. Teman senior dan teman-teman yang lain masuk ke rumah tetangga untuk ngumpet dan saya hanya nongkrong di pintu rumah tetangga tsb, sang Engkong ternyata tidak mengejar saya, dia mengejar teman senior tsb yang menyuruh kami untuk berkelahi, Oh ... lega nya. Sekarang beliau sudah wafat, saya hanya ingat hari wafat nya saja, hari Jum'at pagi hari. Pagi-pagi banyak orang datang melayat ke rumah nya.Nama nya di abadikan menjadi nama sebuah gang di daerah kami, gang H.Tohir. Anak-anak nya saya nilai baik-baik, kebun Anggrek nya sudah tidak ada, sudah di bagi-bagi ke anak-anak nya dan saat ini berubah menjadi rumah kediaman dan rumah kontrakan. Istri beliau, yaitu Nyai haji (saya lupa nama nya), masih hidup hingga kini, rumah nya di depan (tidak persis amat) rumah orang tua saya, persis di depan nya rumah orang tua saya adalah rumah anak nya, sang Ustadz, dulu rumah Kong Haji, sekarang sudah di tempati atau di wariskan ke sang Ustadz, anak nya.

Engkong yang lain adalah Kong Haji Syuaib, secara pribadi, saya tidak begitu kenal dengan dia. Orang tua saya yang kenal dekat dengan Engkong dan istri nya, Engkong pernah memberi sebuah bibit pohon jambu Klutuk ke Ayah saya dan pohon tsb tumbuh cukup lama dan berbuah, hingga banyak orang lewat di depan rumah saya, naksir dengan buah jambu nya. Engkong ini punya kebiasaan ibadah, yaitu pergi Maghrib dan pulang Isya, rupanya beliau selalu menunggu waktu Isya di Masjid. Engkong ini juga punya kebun Anggrek, salah satu pohon besar di kebun Anggrek nya adalah pohon Sawo. Di pohon Anggrek nya, saya pernah di kejar-kejar istri nya atau Nyai Haji, karena masuk ke kebunnya untuk mengejar layangan putus. Keturunannya saya nilai juga baik-baik, perhatian kepada Agama. Engkong ini sudah wafat sangat lama, yang saya ingat beliau wafat pada malam Jum'at, saya sempat melihat wajah beliau saat wafat, tetapi nama nya tidak di abadikan menjadi nama sebuah jalan. Beliau di makam kan seperti hal nya orang-orang Betawi zaman dulu, zaman sekarang juga masih, yaitu di pemakaman keluarga. Nyai Haji nya wafat hari senin, saat saya duduk di kelas 1 SMP, saya menyaksikan pemakamannya persis setelah saya pulang dari sekolah. Masyarakat Betawi yang dulu nya di kenal mempunyai banyak tanah dan kebon yang luas, saat ini sudah tidak demikian lagi hal nya. Tanah yang ada sudah di bangun kontrakan atau rumah untuk anak-anak nya, di bagi-bagi ke anak-anak nya dan ada yang di jual.

Dahulu, untuk menutupi biaya kebutuhan yang besar, seperti untuk pergi haji atau untuk pesta pernikahan anak nya, menjual tanah adalah salah satu pilihan utama. Saat ini masyarakat betawi di daerah saya, sudah hampir sama dengan masyarakat lainnya, karena memang Jakarta membuka luas bagi semua kebudayaan yang masuk, termasuk orang-orang dari daerah lain. Sudah tidak di kenal lagi, orang betawi yang tidak mengutamakan pendidikan. Mereka berjuang untuk memberikan pendidikan untuk anak-anak nya setinggi mungkin, baik melalui jalur pendidikan Madrasah maupun melalui jalur pendidikan umum. Kita patut meniru semangat Kong Haji di dalam masalah agama, tidak harus menunggu tua. Mengutamakan Akhirat di samping Dunia, adalah suatu hal yang tepat walaupun kita masih tergolog muda dan tidak bakal di sebut Kong Haji, karena memang belum tua dan belum naik haji. Islam lebih mencintai orang muda yang bertaqwa di banding orang tua yang bertaqwa.
Selamat menjadi “Kong Haji” muda. (Sofwan)

Saturday, June 07, 2008

Programming itu Asyik lho ....


Suatu kali, saya melihat biodata seseorang dan di sana dia menyebut bahwa salah satu hobi nya adalah programming, saya agak terkejut saat itu, karena programming atau coding adalah pekerjaan menulis kode dalam suatu bahasa pemrograman komputer yang memeras otak dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Programming mengharuskan pelaku nya bertahan untuk duduk di depan layar komputer dalam jangka waktu lama. Atas dasar itulah, programming saya nilai saat itu terasa janggal jika di jadikan sebagai hobi, karena hobi umum nya adalah sesuatu yang menyenangkan, seperti nonton film, jalan-jalan dan makan-makan.
Tetapi, melihat latar belakang nya, saya rasa hal itu tidaklah mengherankan bagi dia, karena dia adalah salah seorang KDE Programmer, jebolan Teknik Fisika ITB dan saat itu sedang meneruskan S3 di Jerman, kesimpulannya ia adalah seorang yang sangat pintar, sehingga programming yang bagi kebanyakan orang adalah sesuatu yang membosankan dan memusingkan dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi dia dan kaum nya.

Tetapi... saat ini pikiran saya mengenai hal itu berubah, sebenar nya programming dapat saja menjadi hobi bagi setiap orang. Sama hal nya dengan hobi bermain catur atau mengisi TTS yang juga membutuhkan berpikir yang cukup dalam, tetapi hal itu dapat di jadikan hobi bagi sebagian orang.Hobi di sini dalam arti kata pekerjaan yang menyenangkan, jika kita sedang jenuh, maka hobi lah yang kita lakukan, misalkan jika kita habis pulang dari kantor, maka untuk melepas lelah dan jenuh, maka kita segera melakukan programming atau jika kita sedang punya waktu luang, maka programming lah yang kita lakukan, karena itu hobi kita. Terkesan janggal nampak nya, sedang pusing koq, malah programming ... ?!, wah pasti hanya orang yang sangat pintar atau gila saja yang melakukan hal tsb .. terserahlah, tapi jika hal itu ada pada diri kita, maka tentu nya kita akan menjadi pribadi yang berbeda dari orang lain. Differentiatie or Die, begitu kata Jack Trout.

Programming, walaupun membutuhkan berpikir yang mendalam dan sedikit memusingkan, khusus nya saat program yang di buat ada bug yang sulit terdeteksi, tetapi juga mengasyikkan. kepuasaan yang kita dapat di programming, yaitu saat kita berhasil memecahkan masalah atau berhasil membuat program yang berjalan dengan baik dan hal itu tidak akan pernah membosankan, bahkan saat kita sedang makan pun, kita juga masih tetap berpikir, mengenai alur program baru yang akan kita buat, "Oh ... kalau form nya di buat berwarna-warni dengan ada jam dan tanggal di pojok kanan, seperti nya bagus tuch. Tapi bagaimana yach ... ??!". Dan kita dapat melihat di buku atau search di Internet untuk mewujudkan hal tsb, misalkan. Keasyikkan lain adalah, saat mendapat suatu teknik baru, terlebih teknik tersebut menakjubkan.Jadi, programming sebenar nya adalah hal yang menarik dan menantang. Jika Prof.Yohannes Surya, rektor Universitas Multimedia Nusantara bilang, Fisika itu Asyik, maka kita dapat bilang, Programming itu Asyik.
Jadi , Happy Programming.

Thursday, June 05, 2008

Pertahankan FPI

Ribut-ribut soal pembubaran Front Pembela Islam (FPI),menyusul insiden di Monast tgl.1 Juni 2008, mendorong saya untuk menulis mengenai hal itu, walaupun saya sadar, tulisan ini tentu tidak banyak pengaruh, karena hanya di muat di Blog pribadi, lain hal nya jika di muat di suatu surat kabar, Kompas misalkan, tentu tulisan ini sangat powerful, tetapi pertanyaan nya, apakah tulisan ini layak di muat di Kompas ? :). Sebagai tambahan, saya tidak lah termasuk golongan mana-mana, saya tidak punya ormas, parpol atau golongan, saya hanyalah rakyat Indonesia yang beragama Islam biasa saja, tetapi boleh dong, berkomentar ...

FPI, saya teringat di awal pembentukannya, di tempel di sebuah Mading di kampung saya, formulir pendaftaran untuk menjadi anggota FPI, ada beberapa syarat, salah satu syarat nya, memiliki ilmu beladiri (atau lebih di sukai). Saat itu saya berniat untuk bergabung dengan FPI, tetapi karena saya kurang memenuhi syarat dan tidak ada teman nya :), jadi nya tidak jadi (Saat itu saya berpikir, FPI cocok untuk jebolan pesantren).

Anggota FPI saat ini di golongkan ke dalam Tradisional Islam, Militan, Berani Matidan berhaluan garis keras. Sampai di sini, saya nilai sebagai sesuatu yang positif,karena sebenar nya Islam juga butuh orang-orang dengan sifat di atas, seperti Umar bin Khattab pada zaman Rasul.

FPI sering menjalankan aksi nya dengan frontal, seperti perusakan tempat-tempat yang di anggap nya sebagai tempat maksiat. Di sini, FPI saya nilai terlalu berani, , walaupun perusakan tempat-tempat tsb dengan dalih, sudah ada peringatan sebelum nya dan tempat tsb menyalahi Undang-Undang pemerintah. Dengan aksi seperti itu FPI dapat menjadi sasaran empuk orang-orang yang anti terhadap nya terlebih ia hidup di dalam negara yang tidak berhukum Islam, pemerintahan yang tidak konsisten di dalam hukum, jadilah ia jika terus menjalani aksi yang selama ini di perankan, maka ia akan memancing lebih banyak musuh yang menginginkan pembubarannya. Singkat nya, menurut saya, FPI seharus nya dapat bersikap keras dan cerdas. Bagaimana maksud keras dan cerdas ? hal itu perlu perbincangan dengan ahli politik, ahli hukum, ahli Islam dan ahli perang.
Saya bermimpi, FPI tidak hanya di huni oleh kelompok Tradisionalis Islam, sebenar nya saya kurang suka dengan istilah pengelompokan orang Islam, tetapi tidak apalah, untuk memudahkan mengidentifikasikan seseorang atau golongan, tetapi tetap saja, apapun sebutannya selama mereka adalah Muslim, beriman kepada rukun Iman dan mengamalkan rukun Islam, kita adalah 1 umat, umat Islam, apapun warna haluan atau golongan atau sikap kita. Mimpi saya yaitu, FPI juga di huni oleh para ahli, selama ini yang saya perhatikan, hanya ahli hukum dan ahli Islam, selain itu baik nya ada ahli di bidang lain, misal ahli Komputer, ahli Elektronika,ahli politik, ahli bahasa, dll. Selain keras, juga bernuansa Intelektual, gabungan antara sifat berani dan intelektual di tambah jika di dukung orang-orang kaya dan berkuasa di negara ini, tentu akan lebih dahsyat dan menggetarkan para musuh Islam.
Kesimpulannya, FPI hendak nya tidak di bubarkan malah harus di pertahankan, ia perlu membenahi organisasi nya, sehingga menjadi lebih solid, lebih strategis dan taktis walau tetap keras dan dapat menjaga dari musuh-musuh Islam yang menginginkan pembubarannya. Islam masih sangat perlu golongan yang fokus ber Nahi Mungkar selain golongan yang fokus ber amar Ma'ruf,hendaklah kedua-dua nya melekat di dalam diri seseorang atau organisasi. (Sofwan)