Hari ini adalah hari terakhir liburan lebaran dan orang-orang yang mudik lebaran, tentu nya harus kembali ke tempat tinggal nya untuk kembali merajut masa depan nya. Saya tidak mudik pada tahun ini dan memang tidak pernah mudik, karena kampung saya di Jakarta ini atau jika mengunjungi nenek, cukup perjalanan 1 jam saja, karena nenek saya tinggal di daerah Tangerang (Bukan mudik itu nama nya ...) ada untung dan rugi nya, untung nya tidak perlu repot-repot mikirin soal biaya, waktu dan tenaga untuk pulang ke kampung dan rugi nya, tidak dapat menikmati suasana yang jauh berbeda dengan suasana sehari-hari, tetapi yang jelas jauh lebih banyak untung nya dong .... :).
Walau saya tidak punya kampung di daerah, tetapi saya pernah mengunjungi sebuah kampung halaman seorang teman, tepat nya mengunjungi nenek nya di desa. Desa itu terletak di daerah Rangkas Bitung, kami bertiga, saya dan 2 teman saya (salah satu nya yang punya nenek) berangkat dengan menggunakan Kereta Api Ekonomi dan itu merupakan pertama kali nya saya naik Kereta Api :) . Kejadian ini terjadi tatkala saya duduk di kelas 2 SMA, sekitar tahun 1995/1996, Oow .... sudah 12 tahun ... tidak terasa, tetapi masih segar di ingatan saya.Saat kami masuk ke jalan menuju rumah nenek nya, kami di sambut oleh suasana sawah dan para ibu-ibu (atau gadis ya ... ?!) yang sedang bekerja di sawah nya. Rumah nenek nya berbentuk panggung dan terbuat dari bambu. Listrik sudah masuk, tetapi di rumah tsb tidak ada tv, tv ada di rumah sebelah . Suasana nya memang benar-benar suasana desa, ada sawah, kebun, pohon-pohon dan sungai ....
Kami tidur di lantai bambu dan kami di sana untuk 3 hari 2 malam. Pada suatu malam saya terbangun untuk ke kamar mandi dan saya mendengar ada gerakan di lantai bambu dan tatkala saya menuju dapur, saya melihat nenek nya sedang sholat malam di sebuah tempat tidur nya di bagian dapur. Kamar tengah nya di tempati oleh anak nya yang sudah berkeluarga, kamar nya tidak berpintu. Sang Nenek hanya menempati ruang di belakang rumah, dekat dengan dapur. Dan keesokan malam nya, saya juga dengar pergerakan di lantai bambu yang juga merupakan gerekan orang Sholat. Singkat nya, Sang Nenek rupanya tengah sholat malam di dua malam kami menginap dan saya yakin hal itu sudah merupakan kebiasaan sang nenek.
Pada saat kami akan pulang, sang nenek menangis, pikir saya, sang nenek merasa kehilangan di tinggal cucu nya dan kami dan sang nenek senang kami berada di rumah nya.
Selang beberapa lama, saya menanyakan kabar kampung halaman dan sang nenek kepada kawan saya dan dia menjawab, bahwa sang nenek sudah meninggal pada saat Idul Fitri di sore hari nya .... Meninggal pada sore Idul Fitri .... hari yang fitrah ... kembali suci, sudah melewati Ramadhan, jika sang nenek dapat mengisi Ramadhan nya dengan baik, maka alangkah beruntung nya ia, Ramadhan, dosa-dosa di ampuni dan Saat Idul Fitri, bersalaman meminta maaf dengan orang-orang sekitar, dosa vertikal dan horisontal sudah luluh,... sangat beruntung.
Dalam kehidupan sehari-hari, nampak nya sang nenek adalah seorang nenek biasa-biasa saja, tidak ada gelar kehormatan, akademis terlebih politik di bahu nya, hanya bekerja di dapur dan ladang, tetapi ia yang di mata manusia biasa-biasa dan tidak ada keisimewaan, namun belum tentu di mata Allah, ia telah membiasakan sholat malam, mengalah hanya menempati ruang dapur demi anak dan keluarga nya, itupun sebatas apa yang saya lihat saja ...
Sebenar nya dari perjalanan saya itu, masih ada beberapa yang dapat saya ceritakan, namun karena jika artikel ini panjang, sehingga khawatir malas untuk di baca, jadi saya singkat saja, yaitu : - Berpindah nya kepemilikan sawah ke orang-orang kota di daerah tsb dan di buat nya jalan aspal, sehingga anak muda menuntut ortu nya untuk membelikan motor (Lebih konsumtif) serta anak muda yang enggan bertani mengolah sawah (Jadi, siapa yang mengolah sawah dong ...). Tks
Sebenar nya dari perjalanan saya itu, masih ada beberapa yang dapat saya ceritakan, namun karena jika artikel ini panjang, sehingga khawatir malas untuk di baca, jadi saya singkat saja, yaitu : - Berpindah nya kepemilikan sawah ke orang-orang kota di daerah tsb dan di buat nya jalan aspal, sehingga anak muda menuntut ortu nya untuk membelikan motor (Lebih konsumtif) serta anak muda yang enggan bertani mengolah sawah (Jadi, siapa yang mengolah sawah dong ...). Tks