Pages

Sunday, October 05, 2008

Seorang Nenek sholehah di sebuah desa

Hari ini adalah hari terakhir liburan lebaran dan orang-orang yang mudik lebaran, tentu nya harus kembali ke tempat tinggal nya untuk kembali merajut masa depan nya. Saya tidak mudik pada tahun ini dan memang tidak pernah mudik, karena kampung saya di Jakarta ini atau jika mengunjungi nenek, cukup perjalanan 1 jam saja, karena nenek saya tinggal di daerah Tangerang (Bukan mudik itu nama nya ...) ada untung dan rugi nya, untung nya tidak perlu repot-repot mikirin soal biaya, waktu dan tenaga untuk pulang ke kampung dan rugi nya, tidak dapat menikmati suasana yang jauh berbeda dengan suasana sehari-hari, tetapi yang jelas jauh lebih banyak untung nya dong .... :).
Walau saya tidak punya kampung di daerah, tetapi saya pernah mengunjungi sebuah kampung halaman seorang teman, tepat nya mengunjungi nenek nya di desa. Desa itu terletak di daerah Rangkas Bitung, kami bertiga, saya dan 2 teman saya (salah satu nya yang punya nenek) berangkat dengan menggunakan Kereta Api Ekonomi dan itu merupakan pertama kali nya saya naik Kereta Api :) . Kejadian ini terjadi tatkala saya duduk di kelas 2 SMA, sekitar tahun 1995/1996, Oow .... sudah 12 tahun ... tidak terasa, tetapi masih segar di ingatan saya.
Saat kami masuk ke jalan menuju rumah nenek nya, kami di sambut oleh suasana sawah dan para ibu-ibu (atau gadis ya ... ?!) yang sedang bekerja di sawah nya. Rumah nenek nya berbentuk panggung dan terbuat dari bambu. Listrik sudah masuk, tetapi di rumah tsb tidak ada tv, tv ada di rumah sebelah . Suasana nya memang benar-benar suasana desa, ada sawah, kebun, pohon-pohon dan sungai ....
Kami tidur di lantai bambu dan kami di sana untuk 3 hari 2 malam. Pada suatu malam saya terbangun untuk ke kamar mandi dan saya mendengar ada gerakan di lantai bambu dan tatkala saya menuju dapur, saya melihat nenek nya sedang sholat malam di sebuah tempat tidur nya di bagian dapur. Kamar tengah nya di tempati oleh anak nya yang sudah berkeluarga, kamar nya tidak berpintu. Sang Nenek hanya menempati ruang di belakang rumah, dekat dengan dapur. Dan keesokan malam nya, saya juga dengar pergerakan di lantai bambu yang juga merupakan gerekan orang Sholat. Singkat nya, Sang Nenek rupanya tengah sholat malam di dua malam kami menginap dan saya yakin hal itu sudah merupakan kebiasaan sang nenek.
Pada saat kami akan pulang, sang nenek menangis, pikir saya, sang nenek merasa kehilangan di tinggal cucu nya dan kami dan sang nenek senang kami berada di rumah nya.
Selang beberapa lama, saya menanyakan kabar kampung halaman dan sang nenek kepada kawan saya dan dia menjawab, bahwa sang nenek sudah meninggal pada saat Idul Fitri di sore hari nya .... Meninggal pada sore Idul Fitri .... hari yang fitrah ... kembali suci, sudah melewati Ramadhan, jika sang nenek dapat mengisi Ramadhan nya dengan baik, maka alangkah beruntung nya ia, Ramadhan, dosa-dosa di ampuni dan Saat Idul Fitri, bersalaman meminta maaf dengan orang-orang sekitar, dosa vertikal dan horisontal sudah luluh,... sangat beruntung.
Dalam kehidupan sehari-hari, nampak nya sang nenek adalah seorang nenek biasa-biasa saja, tidak ada gelar kehormatan, akademis terlebih politik di bahu nya, hanya bekerja di dapur dan ladang, tetapi ia yang di mata manusia biasa-biasa dan tidak ada keisimewaan, namun belum tentu di mata Allah, ia telah membiasakan sholat malam, mengalah hanya menempati ruang dapur demi anak dan keluarga nya, itupun sebatas apa yang saya lihat saja ...
Sebenar nya dari perjalanan saya itu, masih ada beberapa yang dapat saya ceritakan, namun karena jika artikel ini panjang, sehingga khawatir malas untuk di baca, jadi saya singkat saja, yaitu : - Berpindah nya kepemilikan sawah ke orang-orang kota di daerah tsb dan di buat nya jalan aspal, sehingga anak muda menuntut ortu nya untuk membelikan motor (Lebih konsumtif) serta anak muda yang enggan bertani mengolah sawah (Jadi, siapa yang mengolah sawah dong ...). Tks


Idul Fitri 1429 H

Idul Fitri 1429 H atau 1 Syawal 1429 jatuh bertepatan pada tgl 1 Oktober 2008. Apa yang istimewa pada Lebaran pada tahun ini ?. Seperti nya tidak ada yang spesial pada Lebaran kali ini jika di banding dengan lebaran pada tahun-tahun sebelum nya, keadaan masyarakat tidak ada perbedaan yang significant. Masih banyak rakyat yang susah ... :(.
Walau bukanlah hal luar biasa, tetapi Idul Fitri yang di laksanakan secara bersamaan pada sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia, membawa kenikmatan tersendiri, maksud saya pada tahun ini, semua golongan besar atau Ormas Islam besar merayakannya secara bersamaan, walaupun ada sebagian kalangan yang merayakan lebih cepat, tetapi itu hanya sebagian kecil saja.
Muhammadiyah, yang pada tahun kemarin merayakan Idul Fitri lebih cepat sehari sebelum nya, pada tahun ini sama dengan pemerintah. Apa perbedaan nya ?. Walaupun masyarakat semakin paham akan ada nya perbedaan waktu Lebaran di kelompok lain , khusus nya yang di anut oleh pihak Muhammadiyah, namun dengan menyelenggarakan Idul Fitri secara bersamaan, lebih terasa semarak dan meriah nya dan lebih memunculkan suasana lebih akrab.
Pihak yang merayakan lebaran lebih cepat, tentu nya tidak dapat dengan leluasa mengunjungi keluarga nya pada hari Idul Fitri versi dia yang merayakan lebaran esok hari nya dalam rangka Silaturrahmi lebaran dan juga syiar Islam dengan kekompakkan jamaah sholat Ied agak berkurang, karena jumlah jamaah di sebuah daerah terpecah menjadi 2 hari.
Secara hukum, memang dapat di mengerti akan ada nya perbedaan waktu Idul Fitri, karena perbedaan cara penentuan hari, yaitu dengan Rukyat atau Hisab, namun tentu nya lebih terasa suasana yang lebih meriah dan lebih kompak, karena Idul Fitri bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga masyarakat.
Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin .....

Yes, I am Betawi

So many people when I meet at the first time or at the early time ask me, where do you come from, meaning what is your tribe, I say Jakarta or Betawi. Betawi ... has some negative impressions in people head, such as lazy, rude, low educated and has more than one wife for the rich. Are the titles right or not ? , some Betawi people yes but not all of betawi people.
I want to say that because of changing of the community and environment fastly, make Betawi people is not like the titles above at all, a lot of Young Betawi is well educated, hardworking and diligent because their place, Jakarta is a place full of challenging and opportinities, they have to compete with other people come from out of Jakarta to looking for a better life.
The situation is really different, they used to has a large land and can sell some of them easily to get money but now, the land change become rental house or change the possession. If you are Betawi, don't ashame to confess it because good or bad you are, not because of your tribe but because of you yourself.